Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Reportase Jurnalistik: Sarasehan Perdana Laskar Bumi, Langkah Awal Menuju Ekosistem Pangan Berbasis Bambu

Suasana Awal Sarasehan dan Rapat 

Trenggalek, 13 April 2025 — Udara segar Karang Tengah, Dongko, Trenggalek menjadi saksi gelaran penting bagi masa depan hutan dan ketahanan pangan lokal. Bertempat di Sekretariat Gapoktanhut Laskar Bumi, sebuah Rapat dan Sarasehan perdana digelar pada Sabtu (12/4), mengusung semangat kolaborasi lintas sektor bertajuk “Laskar Bumi Menyatukan Langkah: Bambu untuk Kedaulatan Pangan dan Ekonomi Desa”.

Acara yang berlangsung dari pukul 10.30 hingga 14.00 WIB ini mempertemukan beragam unsur strategis dalam tata kelola hutan dan pengembangan bambu, mulai dari Kelompok Tani Hutan (KTH) Dongko dan Karangan, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), pengurus Gapoktanhut Laskar Bumi, Penyuluh dari Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur dalam hal ini CDK Trenggalek hingga direksi dan komisaris PT CMB, pelaku ekspor, serta Calon pengurus Yayasan Mutiara Bambu Nusantara.

Konsolidasi dan Komunikasi: Fondasi Kolaborasi

Forum ini menjadi titik awal konsolidasi antara KTH dan Gapoktanhut, sekaligus memperkuat komunikasi multipihak dengan LMDH, PT CMB, dan komunitas tani hutan lainnya. Diskusi terbuka mengurai peluang, tantangan, serta komitmen bersama dalam membangun ekosistem berbasis bambu dari hulu hingga hilir.

Kami ingin memastikan bahwa petani dan pengelola hutan rakyat bisa masuk dalam rantai nilai ekonomi bambu secara setara dan berkelanjutan,” ujar Agus Supriyanto selaku Ketua Gapoktanhut Laskar Bumi dalam pemaparannya.


Diskusi dan Sosialisasi Rebung sebagai Produk Pangan Potensial Bambu

Sorotan Utama: Rebung sebagai Sumber Pangan Masa Depan

Topik strategis yang dibahas mencakup pengolahan dan produksi pangan dari bambu, khususnya rebung — tunas muda bambu yang kaya gizi dan bernilai ekonomi tinggi. Kebutuhan pasar, baik domestik maupun internasional, terhadap produk pangan berbasis rebung terus meningkat.

Sebagai highlight acara, peserta mengikuti telekonferensi interaktif dengan Dr. Pande Ketut Diah Kencana, MS dari Universitas Udayana, seorang ahli teknologi pangan dan pertanian. Dalam paparannya, Ibu Dr. Diah Kencana memaparkan potensi besar rebung untuk diolah menjadi:

  • Makanan kemasan siap saji berbasis rebung
  • Bahan dasar makanan olahan.
  • Tepung rebung dengan manfaat kesehatan
  • Rebung kaleng sebagai produk ekspor yang stabil

Rebung bukan hanya makanan tradisional. Dengan teknologi yang tepat, rebung bisa menjadi makanan bergizi berbasis lokal yang selain akan diserap pasar domestic sangat diminati pasar global,” terang Ibu Dr. Diah Kencana.

Bambu: Dari Pangan hingga Potensi Ekspor

"Selama ini bambu kurang diperhatikan karena masyarakat tani hutan belum cukup informasi, rebung dan bambu memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Pasar luar negeri seperti Jepang, Korea, Cina dan ASEAN sangat tinggi untuk rebung ini. kita perlu segera membenahi ketertinggalan dalam mengolah bambu ini." Papar Erwin Syailendra, Salah satu pelaku eksport yang hadir.

Salah satu fokus utama sarasehan adalah pengembangan produk pangan dari bambu, khususnya rebung (tunas bambu), yang memiliki potensi besar untuk pasar domestik dan ekspor. Dalam sesi sosialisasi, peserta mendapatkan pemaparan mengenai permintaan ekspor rebung bambu yang terus meningkat, serta teknologi pengolahan dan pengemasan yang akan mulai diuji coba pada 2025–2026.

Target ambisius pun dicanangkan: ekspor rutin sebesar satu kontainer 40 feet (sekitar 50 ton) rebung kemasan per bulan mulai tahun 2026.

Untuk mewujudkannya, langkah strategis telah disepakati:

  • Pembentukan yayasan dan koperasi yang akan menjadi tulang punggung organisasi hulu-hilir mulai dari bahan baku, produksi, hingga pemasaran.
  • Pendataan potensi desa penghasil rebung se-Kabupaten Trenggalek, diawali dari wilayah Dongko dan Karangan.
  • Program edukasi bertahap dan bergelombang kepada kelompok tani hutan dan komunitas petani muda di sekitar hutan.

Optimisme Masa Depan

Dengan semangat gotong royong dan visi jangka panjang, Laskar Bumi menunjukkan bahwa bambu bukan sekadar tanaman, melainkan jalan menuju kemandirian pangan, ekonomi hijau, dan pelestarian hutan.

Ini bukan sekadar acara seremonial. Ini langkah awal menuju revitalisasi produk bambu di Trenggalek,” ungkap perwakilan PT. CMB dengan penuh keyakinan.

Sarasehan ini menandai babak baru pergerakan Laskar Bumi—menguatkan akar, merentangkan jejaring, dan menyiapkan generasi petani hutan yang tak hanya menjaga, tetapi juga menghidupi dan dihidupi oleh hutan bambu. Untuk memenuhi keperluan ini, perlu ditata gerakan tani hutan berorientasi jangka panjang dengan semangat keberlanjutan dan prinsip ekonomi hijau.


 


Posting Komentar untuk " Reportase Jurnalistik: Sarasehan Perdana Laskar Bumi, Langkah Awal Menuju Ekosistem Pangan Berbasis Bambu"